Pentingnya Sholat

dilembur oleh Tio Cah Katro

Assalamu alaikum wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil ‘alamin Washolatu wasalamu ‘ala asrofi anbiyaa i wal mursalin, wa ala alihi washohbihi ajmain.

Ashaduallah illaha illallah wa ashaduanna muhammadarosulullah. Allahumma sholli ’ala muhammad wa ’alaa alii muhammad, kama sholaita ’alaa ibrohim wa ’alaa alii ibrohim, wabarik ’alaa muhammad wa ’alaa aali muhammad kamaa barokta ’alaa ibrohiim wa ’alaa aali ibrohim, fil ’aalamina innaka hamiidum majiiid
nna sholaata tanhaa ’anil fahsha i wal munkar.
( Sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar).


Sholat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena sholat adalah proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan Semesta Alam. Sholat dapat menjernihkan jiwa dan mengangkat pesholat untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi dan pengalaman puncak.

Islam menempatkan Zat yang Maha Mutlak sebagai puncak tujuan ruhani, sandaran istirahatnya jiwa, sumber hidup, sumber kekuatan, dan sumber mencari inspirasi. Dengan mengarahkan jiwa kepada Allah, ruhani akan mengalami pencerahan karena ia berada pada ketinggian yang tak terbatas,

Dan ini terekam dalam kegiatan sholat kita dalam pembacaan do’a ta’awuj

Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawati wal ard hanifan musliman wama ana minal musrikin. Inna sholati wanusuki wamahyaya wama maati lillahi robbil ‘alamiin.

( Kuhadapkan wajahku kehadirat Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan tunduk dan menyerahkan diri dan aku bukanlah golongan orang-orang musrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik Allah Tuhan Semesta Alam)

Kata Rasulullah :Sholat itu merupakan mikrajnya orang-orang mukmin? Adakah kaitannya dengan Rasulullah SAW itu, karena perintah sholat adalah hasil perjalanan beliau ketika berjumpa dengan Allah di Sidratul Muntaha.

Firman Allah dalam AlQuran :



“Innani anallaahu ilaa ha illaa ana fa’budnii wa aqimissholaata lidzikri”

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha : 14)

Kita meraasakan betapa sholat menjadi beban sejak kecil. Kita selalu ketakutan kalau tidak sholat akan dijebloskan ke neraka, sehingga setiap kali ada suara adzan perasaaan takut dan ngeri sering menyelusup ke dalam hati. Tanpa di sadari, secara psikologis pikiran kita terganggu dengan doktrin tersebut.

Nabi Muhammad SAW telah mensinyalir hal ini dalam hadisnya :

Yak tii ‘alaannaasi zamaan yusholluuuna walaa yusholluun (Riwayat Ahmad)
”Akan datang suatu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun pada hakikatnya mereka tidak sholat”


Kam ming qokmim hatzhuhu min sholaatihitt’abu wannashobu (Riwayat Abu Dawud)
Berapa banyak orang yang sholat namun hanya mendapatkan rasa capek dan lelah

Selama ini kita sholat hanya selalu menggunakan tata aturan otak kiri (menghapal, berhitung, mengingat) yang kenyataannya adalah menghasilkan ketidaknyamanan dan rasa jenuh. Perasaan terpisah karena harus memenuhi logika hukum, sementara aktivitas otak kanan dibiarkan liar oleh karena berprinsip :” Yang penting sudah memenuhi syarat sahnya shalat”. Akibatnya karena menggunakan otak kiri, kita akan merasa capek karena terdoktrin harus berkonsentrasi, dan karena otak kiri lelah, otak kanan bekerja liar kesana kemari, dan mengingat apa-apa yang telah kita lakukan.

Padahal Rasulullah telah memperingatkan, bahwa dalam shalat atau ibadah apapun kesadaran spritual (otak kanan/ emosional) harus diaktifkan, yaitu merasakan kehadiran Allah dihadapan kita dan kita menjadi Ihsan (orang yang berserah diri). Kita tidak pernah disadarkan, bahwa sholat itu untuk kebaikan kita dan bisa dirasakan langsung oleh pikiran dan perasaan hati kita, bahwa sholat itu akan membuat perasaan kita damai dan tenang. Allah tidak butuh sholat kita, tapi kita butuh Allah yang telah menciptakan manusia. Kita sholat merupakan tanda syukur kita kepada Allah Semesta Alam. Bila pikiran dan cara berpikir sudah seimbang, tubuh dan jiwa akan mengikuti kehendak pikiran. Ini adalah sinergi yang diharapkan dapat menampilkan kualitas shalat kita secara optimal. Perasaan khusyuk tidak mungkin bisa didapatkan jika kita tidak memiliki kesadaran dan kepercayaan, bahwa sebenarnya di saat shalat kita sedang berhadapan dengan Allah.

Related Posts

Digg it StumbleUpon del.icio.us

0 komentar:

 
Copyright 2010 Tio Cah Katro
Carbon 12 Blogger Template byTio Cah Katro. Supported by Cah Katro